New album ke 4 seventeen

New album ke 4 seventeen
4th album seventeen

Senin, 18 Januari 2010

Tunggui Rumah Herman, Wartawan Titip Makanan ke Petugas
Laporan wartawan KOMPAS Pingkan E Dundu
Selasa, 19 Januari 2010 | 08:24 WIB
LEO SUNU

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com — Tertunda-tundanya penangkapan Brigjen (Purn) Herman Sarens Sudiro berdampak kepada wartawan. Kuli tinta yang berhasil masuk ke kawasan Cluster Virginia, Taman Telaga Golf, Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, kesulitan memperoleh makanan dan minuman.

Agar mendapat makanan dan minuman, para jurnalis yang masih bertahan dalam kawasan itu hingga Selasa (19/1/2010) dini hari terpaksa meminta bantuan petugas keamanan dari Polisi Militer yang berseragam bebas. "Ya, terpaksa titip makanan kepada petugas polisi. Kalau tidak seperti itu, berarti enggak makan dan minum dong," kata Dodi, wartawan televisi dari Sun TV.

Selain makanan berat, wartawan minta tolong kepada petugas keamanan membeli kopi, teh, dan makanan kecil. "Mau keluar dari kompleks, ntar enggak bisa masuk lagi karena petugas keamanan kompleks tidak mengizinkan orang lain masuk selain penghuni dan petugas keamanan," kata Ayu Cipta, wartawati dari media cetak.

Wartawan terbantu karena tetangga Herman di Blok G5 Nomor 16 menyuguhkan makanan, seperti mi instan dan nasi putih. Di antara para kuli tinta yang bertahan, ada dua wanita yang kedinginan akibat udara malam hingga dini hari.

Terjaga

Hingga Selasa pukul 03.30, sejumlah wartawan media cetak dan elektronik masih tetap bertahan di sekitar tempat kejadian perkara. Jurnalis yang ingin mendapat berita terbaru dan ingin menyaksikan proses penangkapan Herman terus terjaga dari kantuknya.

Beberapa kali mata hendak tertutup, tetapi pada saat bersamaan ada bunyi pintu terbuka. Wartawan pun langsung tegang dan mengambil posisi tepat di depan halaman rumah mantan pejabat tinggi TNI itu.

Setelah suasana menjadi normal lagi, wartawan langsung menempati lokasi pilihan masing-masing, Sebagian menempati rumah penghuni yang tak ditinggali, sebagian lagi duduk ngerumpi di bawah pohon, pinggir jalan, dan di mobil atau motor.

Adhyaksa: Herman Dibawa untuk Musyawarah
Selasa, 19 Januari 2010 | 12:53 WIB
KOMPAS/PINGKAN E DUNDU
Brigjen Purnawirawan Herman S Sudiro akhirnya keluar dari rumahnya di Cluster Virginia, Taman Telaga Golf, Bumi Serpong Damai, Selasa 19/1/2010.
TERKAIT:

TANGERANG, KOMPAS.com — Mantan Menteri Negera Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault ikut mendampingi Brigjen (Purn) Herman Sarens Sudiro pada saat ia memutuskan untuk menyerahkan diri ke Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (19/1/2010).

Jangan diberitakan seolah terjadi tembak-menembak. Itu tidak benar.

Adhyaksa mengatakan, penyerahan diri Herman ke Mabes TNI dilakukan untuk bermusyawarah mengenai sengketa tanah di antara kedua belah pihak. Kehadiran dirinya saat ini pun dilakukan sebagai mediator kedua pihak. "Saya sebagai penghubung dan perantara keluarga. Beliau akan dibawa ke Mabes TNI untuk musyarawah," katanya.

Di Mabes TNI, lanjutnya, Herman akan bermusyawarah dengan Komandan Detasemen Markas Mabes TNI.

Lebih lanjut, Adhyaksa juga mengklarifikasi pemberitaan di media yang menyebutkan bahwa terjadi peristiwa tembak-menembak saat pengepungan di rumah Herman kemarin. "Beliau itu sedang sakit. Sudah sepuh. Jangan diberitakan seolah terjadi tembak-menembak. Itu tidak benar, harus di-clear-kan," katanya.

Seperti diwartakan, Herman seorang pensiunan TNI yang memiliki persengketaan atas sebuah aset tanah dengan pihak TNI. Semenjak kasusnya bergulir pada tahun 1980, Herman tercatat tiga kali mangkir dari panggilan Mahkamah Militer. Herman akhirnya memutuskan untuk menyerahkan diri ke Mabes TNI setelah melalui proses negosiasi alot.


Senin, 18/1/2010 | 17:37 WIB

MILAN, KOMPAS.com — Gelandang AC Milan, David Beckham, mengatakan, Ronaldinho merupakan pemain yang terlahir dengan bakat luar biasa. Saking jagonya, Ronaldinho terbiasa melakukan aksi-aksi yang di mata orang lain merupakan hal ajaib.

Sejak memasuki 2010, Milan telah melakoni tiga laga Serie-A dan selalu menang besar. Tercatat, dalam ketiga laga itu, Milan membukukan total 12 gol dan kemasukan dua gol saja. Terakhir, mereka menggasak Siena 4-0, Minggu (17/1/2010).

Hasil ini tak lepas dari performa Ronaldinho yang selalu mencetak gol dalam ketiga laga tersebut. Bahkan, dalam duel versus Siena, Ronaldinho mencetak hat-trick. Dalam 18 penampilan di Serie-A musim ini, Ronaldinho telah mencetak sembilan gol dan delapan assist.

"Aku tidak terkejut. Ronaldinho menampilkan performa hebat. Namun, ia memang biasa melakukan hal-hal yang luar biasa," ungkap Beckham.

Lebih jauh, Beckham menilai, bila Ronaldinho dan Milan mampu mempertahankan level permainan ini, mereka berpeluang besar mengalahkan penguasa Serie-A, Inter Milan, dalam duel Serie-A, akhir pekan ini. Ia sendiri siap melakukan apa saja supaya Milan bisa menang.

"Tak ada favorit dalam laga derbi. Jika kami bermain seperti saat ini, maka kami akan mendapatkan kesempatan. Mencetak gol atau tidak tak penting bagiku. Yang penting adalah berusaha dengan baik dan mendekati Inter," ujarnya.

AC Milan saat ini berada di posisi kedua klasemen dengan 40 poin atau kalah enam angka dari Inter. Mengingat Milan masih memiliki satu laga tunda, "Derby della Madonnina" bisa menjadi jembatan untuk menyamai perolehan poin Inter sekaligus memperbesar peluang meraih scudetto. (MIL)

TUR

Keluarga Herman Sudiro Menolak Membuka Pintu
Laporan wartawan KOMPAS Pingkan E Dundu
Senin, 18 Januari 2010 | 15:45 WIB
FX PUNIMAN
Herman Sarens Soediro
TERKAIT:


JAKARTA, KOMPAS.com — Pihak keluarga pensiunan perwira tinggi TNI Angkatan Darat Brigjen TNI (Purn) Herman Sarens Sudiro menolak membukakan pintu bagi sejumlah polisi militer yang mendapat tugas untuk menjemput paksa Herman di rumahnya di kawasan Telaga Golf Serpong, Bumi Serpong Damai, Tangerang.

"Pihak keluarga tidak mengizinkan Pak Herman dijemput. Mereka menolak dan tidak mau membuka pintu," terang Kepala Polres Kabupaten Tangerang Komisaris Besar Edi Sumitro yang dihubungi Kompas.com, Senin (18/1/2010).

Menurut Edi, Herman diduga terlibat dalam kasus penggelapan aset milik TNI di masa lalu. Kasusnya saat ini ditangani oleh Pengadilan Militer Tinggi Jakarta. Beberapa kali pihak pengadilan meminta Herman hadir, tetapi tidak ditanggapi. Oleh karena itu, pengadilan meminta kepada Polisi Militer Kodam Jaya untuk menjemput paksa Herman.

"Penjemputan ini ditangani oleh Pomdam Jaya. Polisi hanya diminta untuk berjaga-jaga saja," ucap Edi.

Sementara itu, penjagaan di sekitar perumahan Telaga Golf terlihat ketat. Mereka yang ingin masuk perumahan dimintai keterangan oleh petugas keamanan. Wartawan tidak diizinkan masuk dan berkumpul di luar gerbang perumahan.


Keluarga Minta Penangkapan Tidak Dilakukan Pomdam
Senin, 18 Januari 2010 | 16:20 WIB
KOMPAS/KARTONO RYADI
Herman Sarens Sudiro.

JAKARTA, KOMPAS.com — Pihak keluarga pensiunan perwira tinggi TNI Angkatan Darat Brigjen TNI (Purn) Herman Sarens Sudiro menolak penangkapan Herman oleh Polisi Militer Kodam Jaya. Putri Herman yang bernama Rani meminta penggeledahan dan penangkapan dilakukan oleh kepolisian RI. Demikian informasi yang diterima Kompas.com dari sumber di Pomdam Jaya.

Pomdam di sana melaksanakan perintah undang-undang karena ada permintaan oditur militer.

Meski demikian, Kepala Penerangan Kodam Jaya Letkol TNI Ruminta menyatakan bahwa anggotanya berada di sekitar rumah Herman Sarens di kawasan Telaga Golf Serpong, Bumi Serpong Damai, Tangerang, atas perintah undang-undang. "Pomdam di sana melaksanakan perintah undang-undang karena ada permintaan oditur militer," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/1/2010).

Saat ini, selain anggota Pomdam Jaya, petugas dari Polres Tangerang juga berjaga di lokasi perumahan. Sebelumnya Kepala Polres Kabupaten Tangerang Komisaris Besar Edi Sumitro mengatakan bahwa kehadiran polisi sekadar berjaga-jaga. "Penjemputan ini ditangani oleh Pomdam Jaya. Polisi hanya diminta untuk berjaga-jaga saja," ucap Edi.

Herman diduga terlibat dalam kasus penggelapan aset milik TNI di masa lalu. Kasusnya saat ini ditangani oleh Pengadilan Militer Tinggi Jakarta. Beberapa kali pihak pengadilan meminta Herman hadir, tetapi tidak ditanggapi. Oleh karena itu, pengadilan meminta kepada Polisi Militer Kodam Jaya untuk menjemput paksa Herman.

Kasus Herman Sudiro Terjadi Tahun 1980-an
Senin, 18 Januari 2010 | 16:32 WIB
KOMPAS/PINGKAN ELITA DUNDU
Rumah Herman S Soediro di Blok G V Nomor 18 Komplek Virginia, Taman Telaga Golf, Bumi Serpong Damai, Tangerang, dijaga sejumlah aparat dari Polisi Militer, Senin 18/1/2010.
TERKAIT:

JAKARTA, KOMPAS.com — Perkara yang melilit pensiunan perwira TNI Angkatan Darat Brigjen TNI (Purn) Herman Sarens Sudiro terjadi sekitar tahun 1980. Pihak TNI menggugat kepemilikan sejumlah tanah atas nama Herman.

"Aset TNI yang dimiliki secara ilegal oleh yang bersangkutan berupa tanah," ujar Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Darat Mayjen TNI Subagja Djiwapradja, di Jakarta, Senin (18/1/2010). Subagja tidak menyebutkan secara rinci luas tanah, nilai, dan lokasinya.

Lebih jauh ia menjelaskan, kasus ini terjadi pada saat yang bersangkutan masih anggota militer maka yang menanganinya adalah polisi militer. Namun, Herman telah tiga kali tidak memenuhi panggilan mahkamah militer. Setelah bersatus sipil (pensiun), lanjut Subagja, Herman Sarens menolak panggilan dari pihak oditur militer dan meminta agar yang memanggil adalah polisi.

Pihak Polisi Militer juga telah bekerja sama dengan kepolisian. Namun, pemanggilan itu juga tidak diindahkan oleh yang bersangkutan. "Karena itu, kita pada hari ini melakukan pemanggilan paksa dengan mendatangi rumah yang bersangkutan," katanya.

Hingga Senin siang, aparat masih berusaha untuk dapat membawa yang bersangkutan untuk ditahan dan menjalani proses sidang. Aparat masih berada di lokasi, tetapi dihalang-halangi oleh keluarganya.

Aset TNI yang dimiliki secara ilegal oleh yang bersangkutan berupa tanah."
Herman Sudiro Diduga Tersangkut Kasus Penggelapan Aset TNI

JAKARTA, KOMPAS.com — Pensiunan perwira tinggi Angkatan Darat, Brigjen TNI (Purn) Herman Sarens Sudiro, diduga melakukan penggelapan aset milik TNI di masa lalu. Kasusnya saat ini ditangani oleh Pengadilan Militer Tinggi Jakarta.

"Terkait kasus ini Pak Herman sudah beberapa kali dipanggil, tapi tidak mau datang. Oleh karena itu, pihak Pomdam Jaya datang untuk mejemput paksa Pak Herman," jelas Kepala Polres Kabupaten Tangerang Komisaris Besar Edi Sumitro yang dihubungi Kompas.com, Senin (18/1/2010). Edi tidak menjelaskan detail tentang kasus yang melilit Herman.

Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigjen Christian Zebua mengungkapkan, Herman telah mendapat vonis atas sebuah kasus yang ditangani oleh Pengadilan Militer Tinggi Jakarta.

Sudah beberapa kali Herman tidak menanggapi panggilan yang dilayangkan pengadilan. Pengadilan pun meminta kepada Pomdam Jaya untuk menangkap paksa Herman. "Kasusnya apa, saya tidak tahu persis. Silakan tanya ke pihak pengadilan militer," ucap Christian.

Seperti diberitakan, saat ini sejumlah polisi militer mendatangi rumah Herman. Pihak Pomdam Jaya tengah bernegosiasi dengan pengacara Herman. "Pihak Pomdam Jaya melakukan upaya-upaya persuasif," katanya.
Siapa Herman Sarens Sudiro?
Senin, 18 Januari 2010 | 16:47 WIB
KOMPAS/Kartono Ryadi
Brigjen Herman Sarens dengan koleksi senjatanya

JAKARTA, KOMPAS.com — Di tengah hiruk pikuk pemeriksaan pansus aliran dana Bank Century di DPR yang tengah bergulir, sejak Senin (18/1/2010) siang ini tiba-tiba nama Herman Sarens Sudiro muncul dan "mencuri" perhatian media. Tersiar kabar, kediaman pensiunan perwira TNI di Serpong, Tangerang, itu dikepung oleh aparat POM Kodam Jaya dan juga pihak kepolisian.

Berdasarkan sumber-sumber di POM Kodam Jaya disebutkan, perwira dengan pangkat terakhir Brigjen TNI itu diduga terlibat penggelapan uang negara saat ia masih menjabat sebagai Pangkopwilhan yang membawahi wilayah Surabaya dan Madura. Namun, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigjen TNI Christian Zebua, saat ditanya tentang perkara tersebut, hanya menjawab "perkara lama". Ia mengatakan, Herman telah mendapat vonis atas sebuah kasus yang ditangani oleh Pengadilan Tinggi Militer Jakarta.

Lantas siapa sebenarnya Herman Sarens Sudiro? Pria kelahiran Pandeglang, 24 Mei 1930, ini lebih dikenal sebagai pencinta motor gede ataupun promotor tinju ketimbang karier militernya. Sejarah mencatat, kejuaraan tinju dunia untuk pertama kalinya dilangsungkan di Indonesia tanggal 29 Agustus 1981 antara Saoul Mamby dan Thomas Americo yang dipromotori oleh Herman Sarens Sudiro.

Usia yang semakin tua tak menyurutkan gayanya yang eksentrik. Dengan kegemarannya mengenakan pakaian militer dan motor gede ataupun berkuda, ia terlihat lebih muda dari usianya. Padahal, ia telah dikaruniai belasan cucu sekarang. Lelaki ini pun mengoleksi senapan. Saat menjadi duta besar di Madagaskar, ia mengasah kemampuannya dalam berburu di hutan-hutan Tanzania dan Nairobi. Hobi itu pun sempat terbawa ketika ia kembali ke Indonesia.

Uniknya lagi, mungkin dia adalah satu-satunya perwira militer yang terjun ke layar perak menjadi bintang film. Setidaknya ada 12 judul film yang telah dibintangi oleh mantan suami Theresia Blezinsky ini. Namun, sederet kegiatan non-militer itu tentu tak akan menghapus jejaknya sebagai seorang prajurit.

Sebuah keputusan besar pernah dilakukannya saat ia bertugas memberantas pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun tahun 1948. Kala itu, ia mengambil inisiatif untuk membiayai kebutuhan logistik pasukannya secara mandiri. Sebagai Komandan Peleton Divisi Siliwangi di Garut, ia memerintahkan perampasan barang-barang dari pihak musuh untuk dijual dan ditukar dengan makanan.

Di akhir jabatan militernya, Herman menghabiskan waktu dengan mengurus sejumlah organisasi dan bisnis. Selain menjadi Ketua Umum Promotor Tinju Indonesia (PPTI), ia pernah menjabat sebagai Ketua I Bidang Target Perbakin Jaya. Di sisi bisnis ia dikenal sukses dengan usaha perhotelan dan juga eksportir kuda. Kini, setelah sekian lama tenggelam, nama Herman kembali "terkenal".


Herman Bersedia Menyerah dengan Catatan

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah beberapa kali negosiasi tidak membuahkan hasil, akhirnya pihak negosiator dari oditur militer mendapat sedikit kejelasan bahwa Herman Sarens Sudiro yang sudah 10 tahun menjadi DPO Mabes TNI akan menyerahkan diri hari Selasa (19/1/2010) ini.
Dia enggak mau pakai mobil tahanan. Maunya tetap pakai mobil sendiri.

"Rencananya, siang ini mau menyerahkan diri. Itu batas maksimalnya. Semalam hampir saja dijemput paksa. Tapi keuarga minta kelonggaran waktu," kata salah satu petugas intelijen, tanpa mau disebutkan namanya, Selasa.

Namun, Herman akan menyerahkan diri dengan catatan tidak mau dijemput menggunakan mobil tahanan Polisi Militer (PM). "Dia enggak mau pakai mobil tahanan. Maunya tetap pakai mobil sendiri. Tapi tetap kami yang pegang (sopir)," lanjutnya.

Sebelumnya, berdasarkan informasi dari rapat petinggi jenderal, batas akhir Herman adalah pukul 06.00 WIB. Jika ia tidak menyerah, akan dilakukan penangkapan paksa. Tetapi, hal itu tidak terjadi mengingat keluarga meminta kelonggaran waktu. Semalam pihak keluarga dari istri pertama berkumpul semuanya. "Keluarganya nangis-nangis," jelas sumber tersebut.

Sampai saat ini tim negosiator masih tetap melakukan negosiasi. Rumah anak Herman di Telaga Golf, BSD, Tangerang, masih dijaga empat personel PM bersenjata. Sementara di beberapa titik tampak petugas lainnya berjaga-jaga.