PARIS, KOMPAS.com — Mantan pemain Real Madrid, Christian Karembeu, menilai, sebuah tim menjadi besar dan seseorang menjadi pemain top karena trofi. Menurutnya, untuk mendapatkan trofi, sebuah klub hanya membutuhkan pelatih bagus dan bukan menumpuk bintang seperti yang dilakukan mantan klubnya.
Mengenai kebijakan Madrid membeli sejumlah bintang, misalnya, Cristiano Ronaldo dan Ricardo Kaka, Karembeu menilai itu sah-sah saja. Namun, masalahnya, apakah Madrid sudah memiliki pelatih yang tepat untuk mengakomodasi secara proporsional peran setiap pemain di lapangan. Bila tidak maka keharmonisan permainan tak akan terjadi.
"Memenangi trofi adalah kultur di sini (Madrid) dan aku hidup dengan filosofi itu. Anda berada di Real Madrid untuk mengangkat trofi dan hanya untuk itu," ungkapnya.
"Pelatih adalah kunci karena ia harus menempatkan 11, mungkin 12 pemain bersama-sama, mengatur mereka, mencocokkan mereka, dan membuat mereka melakukan yang terbaik untuk tim," lanjutnya.
Dalam sejumlah kasus, pelatih tidak hanya mendatangkan bintang, tetapi mampu menciptakan bintang. Pasalnya, pelatih memiliki pemahaman dan otoritas terhadap potensi pemain.
Pada 2003 silam, misalnya, tak seorang pun mengenal Ricardo Kaka. Namun, dalam asuhan Carlo Ancelotti, Kaka tumbuh matang menjadi playmaker utama yang langsung membuat Rui Costa kehilangan jam terbang reguler dan meredup perlahan-lahan.
Contoh lainnya adalah Andriy Shevchenko. Ketika dari Milan ke Chelsea pada 2006 silam, ia berstatus pemain bintang. Namun, karena tak mendapat tempat dalam skema pelatih Chelsea saat itu, Jose Mourinho, potensinya pun menguap tak bersisa. (UEFA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar